Wednesday, February 04, 2009

Menarik Bank Kembali Pada Akarnya

Posted on Kompasiana


Ekonomi yang berawal dari kata “oikonomia” yang berarti tata kelola rumah tangga, telah beralih menjadi suatu “chrematistic” atau kegiatan uang yang mencari uang. Ekonomi rente telah menjadi ciri dari neoliberalisme dan kapitalisme. Uang telah mampu beranak dan memperanakkan uang tanpa ada dasar yang jelas dalam setiap transaksinya. Oleh karenanya, krisis kali ini adalah saat yang tepat bagi kita untuk membawa ekonomi, khususnya perbankan, kembali pada akarnya.

Dalam acara jumpa pers Jumat pekan lalu (30/1/09), Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dr Muliaman D. Hadad, menyampaikan bahwa krisis global ini menjadi momentum bagi kita untuk membenahi diri, khususnya memperkuat daya tahan bank. Ia menyampaikan berbagai langkah kebijakan, yang di satu sisi memberi kelonggaran, namun di sisi lain memperkuat ketahanan dalam menempuh krisis.

Salah satu pelajaran yang paling mendasar dari krisis ini, yang juga disampaikan pak Boed dalam acara makan malam usai Konferensi Pers tersebut, adalah pentingnya perbankan kembali ke akar dirinya, “back to basics”. Mengapa demikian? Karena krisis yang kita hadapi sekarang adalah konsekuensi dari perkembangan sektor keuangan yang lepas dari akarnya, yaitu kegiatan ekonomi riil. Perkembangan yang luar biasa dari sektor keuangan di banyak negara bersumber dari perkembangan inovasi produk keuangan dan inovasi kelembagaan keuangan. Hal ini didukung oleh revolusi dalam teknologi informasi dan liberalisasi keuangan global.

Sektor keuangan memang kemudian menarik banyak orang karena merupakan jalur cepat untuk menjadi kaya. Lulusan-lulusan terbaik universitas berlomba-lomba masuk ke sektor keuangan. Produk keuanganpun makin bervariasi, makin canggih dan makin kompleks. Akibatnya tentu juga mempunyai dampak sampingan yang fatal, yaitu makin sulit untuk dinilai risikonya. Instrumen keuangan makin terlepas dari akar kegiatan yang seharusnya melandasinya. Tata kelola rumah tangga telah ditinggalkan. Uang berkembang tanpa landasan yang riil. Hal ini telah menjadi gelembung atau bubbles. Gelembung tumbuh makin membesar, dan akhirnya pecah.

Ajakan pak Boed kepada perbankan untuk kembali ke khittah atau back to basics berlaku bagi semua lembaga keuangan. Fungsi utama perbankan adalah memfasilitasi dan membiayai kegiatan-kegiatan yang terkait dengan penyediaan barang dan jasa bagi masyarakat, yaitu kegiatan-kegiatan nyata. Bank melakukan fungsi tersebut melalui intermediasi keuangan – yaitu mengumpulkan dana dari pemilik dana dan menyalurkannya ke peminjam dana.

Tapi kenyataannya, bank bisa bertindak lebih dari sekedar perantara. Bank dapat menciptakan tambahan likuiditas melalui penciptaan uang giral. Kegiatan-kegiatan bank ini secara inheren mengandung risiko, baik bagi bank itu sendiri, bagi penyimpan dana, bagi sistem perbankan dan bagi perekonomian. Risiko-risiko itu harus dikelola sebaik-baiknya oleh bank, suatu tanggungjawab besar yang memerlukan perhatian penuh dari pengelola bank.

Banyak bank sekarang yang kreatif menawarkan structure products atau produk-produk derivatif yang kadang tidak disadari oleh konsumen. Para petugas pemasaran bank seolah menawarkan produk deposito. Padahal itu produk derivatif. Hal ini sungguh berbahaya apabila nasabah tidak waspada. Bank memiliki tugas untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang mempunyai landasan transaksi yang jelas serta dilandaskan pada perhitungan risiko yang jelas pula.

Bermain dengan instrumen spekulatif bukan domain dari bankir. Bank sebaiknya menjauhi kegiatan-kegiatan yang mengandung unsur bubbles. Apabila kegiatan seperti itu tidak bisa dihindari, maka harus diterapkan sistem pengelolaan risiko yang efektif. Pak Boed malam itu secara tegas mengatakan bahwa Bank Indonesia sebagai regulator berkepentingan untuk mendorong bank melakukan prinsip kehati-hatian. Ke depan, berbagai langkah akan dikeluarkan untuk memantapkan rambu-rambu yang diperlukan untuk itu.

Sungguh sebuah pesan yang dalam dan penuh makna untuk direnungkan kita semua. Ekonomi yang tumbuh seperti buih hanya akan membawa kesejahteraan semu bagi para pelakunya. Ibarat tumbuhan yang bertambah besar, dahan dan daunnya dapat tumbuh semakin jauh dari akar. Saat itu, dahan dan daun menjadi rentan terhadap hempasan angin. Mudah patah dan rapuh. Oleh karenanya, upaya memperkuat dan kembali berpegangan pada akar menjadi suatu hal yang perlu untuk direnungkan.

Junanto Herdiawan, dari konferensi pers dan jamuan makan malam perbankan 2009

2 comments:

Anonymous said...

Hello! I know this is kind of off topic but I was wondering which blog
platform are you using for this site? I'm getting sick and tired of Wordpress because I've had
issues with hackers and I'm looking at options for another platform. I would be great if you could point me in the direction of a good platform.

Feel free to surf to my web blog Zahngold Preis

Anonymous said...


У меня открывается бизнес, и мне советовали пользоваться каким то сервисом онлайн бухгалтерии, что бы не нанимать бухгалтера.

Кто пользовался подобными сервисами? Насколько удобно и безопасно в них вести учет?
[url=http://eyesvision.ru/laser-correction][color=#E4F4FE]лазерная коррекция зрения[/color][/url]