Wednesday, February 04, 2009

Turunnya Bunga di Mendung Pagi

Posted on Kompasiana


Mendung menggantung dan hujan yang mengguyur Jakarta beberapa hari ini tidak membuat bunga berkembang. Yang terjadi justru bunga dipangkas. Tentu yang dimaksud adalah bunga kebijakan moneter. Rapat Dewan Gubernur (RDG) pagi ini (4 Feb 09) berjalan tidak seperti biasanya. Apabila keputusan BI Rate biasa diumumkan setelah pukul 13.00, hari ini keputusan keluar sebelum pukul 10.00 pagi. Di bawah udara mendung, rapat berlangsung cepat. Mungkin pagi itu, seluruh anggota Dewan Gubernur akan menghadiri acara pembukaan Festival Ekonomi Syariah yang akan dibuka oleh Presiden RI. Tapi mungkin juga karena pembahasan rapat ini di hari-hari sebelumnya sudah cukup alot dan mendalam, bahkan selesai sampai larut malam. Intinya, keputusan ini tak mengurangi kualitas assesmen perekonomian Bank Indonesia.

Dan yang jelas, BI Rate pagi ini turun lagi 50 bps (0,5%), atau turun dari 8,75% menjadi 8,25%. Penurunan ini sudah diperkirakan berbagai kalangan. Gambaran ekonomi dunia yang begitu suram di awal tahun ini, bahkan lebih suram dari yang diperkirakan beberapa bulan lalu, telah membuat otoritas di berbagai negara untuk waspada. Dampak pelemahan ekonomi itu makin terasa di dalam negeri, terutama sektor-sektor yang terkait dengan perdagangan luar negeri (sektor tradables). Banyak industri mulai gulung tikar, dan tingkat PHK meningkat. Sementara di sektor non-tradables, perkembangannya relatif stabil.

Kelesuan ekonomi dalam negeri juga terlihat dari mulai melambatnya pertumbuhan kredit perbankan dan uang beredar, yang tercermin dari melambatnya M1 dan M2. Tekanan inflasi terlihat mulai menurun seiring dengan melambatnya ekonomi dan menurunnya daya beli. Dalam dua bulan berturut-turut kita mengalami deflasi (Desember dan Januari). Deflasi di bulan Januari juga bukan deflasi yang biasa terjadi. Ada istilah ”Januari Effect” yang berarti bahwa inflasi selalu berada di atas 1,0% setiap bulan Januari. Tapi di bulan Januari 2009 ini, kita justru deflasi.

Di sisi lain, tekanan pada ekonomi juga berdampak pada tekanan di nilai tukar. Hal ini membuat kita harus mewaspadai tingkat cadangan devisa yang kita miliki. Pak Boed dalam Rapat Kerja dengan DPR RI beberapa hari lalu mengatakan bahwa cadangan devisa kita masih aman, meski pas-pasan. Cadangan devisa Indonesia pada akhir Januari 2009 tercatat sebesar USD 50,9 milyar atau setara dengan 5,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.

Keputusan penurunan BI Rate pada pagi ini sejalan dengan semangat relaksasi yang dilakukan di sektor perbankan. Kita melihat kondisi perbankan nasional sampai saat ini masih mantap, seperti tercermin dari perkembangan CAR dan NPL perbankan yang tetap pada batas-batas yang aman. Sementara itu, permasalahan likuiditas perbankan, termasuk aliran likuiditas dalam pasar uang antar bank, yang sempat menjadi isu hangat beberapa bulan lalu, kini mulai mengalami perbaikan.

Berbagai kebijakan yang dikeluarkan menunjukkan langkah optimal dari otoritas moneter dalam menyikapi krisis global. Langkah selanjutnya dari Pemerintah tentu sangat diharapkan. Stimulus fiskal sebagai obat jangka pendek dalam mengatasi pelesuan ekonomi adalah kebijakan yang perlu didukung. Namun dalam jangka panjang, kita tetap memerlukan strategi pembangunan ekonomi yang lebih berkelanjutan dan tahan krisis.

Semoga mendungnya pagi ini, dan hujan rintik yang terus mengguyur Jakarta, bukan penanda semakin mendungnya ekonomi negeri. Mari kita tetap optimis.

1 comment:

edi said...

Aduh pusing juga kalau mikir ekonomi makro (apa mikro?)