Sunday, January 25, 2009

Lu Olang Musti Kelja Kelas

Tahun baru Imlek 2560 punya makna sendiri bagi Cik Lusi. Tahun ke depan tak akan lebih mudah. “Lu olang musti lajin kelja kelas ya (rajin kerja keras)”, ujarnya. Bagi mereka yang setiap akhir pekan sering lari pagi di pantai Carnival Ancol, tentu mengenal Cik Lusi. Ia adalah pedagang makanan kecil yang mangkal di pojok pantai Carnival. Dagangan cik Lusi mulai dari nasi begana, nasi kuning, kue-kue basah, dan beragam makanan kecil lainnya. Para pengunjung pantai, kebanyakan orang-orang tua Tionghoa, usai lari pagi kerap mengerubungi cik Lusi. Mereka makan kue sambil kongkow-kongkow. Persis seperti kebiasaan yum cha (makan kecil di pagi hari) di tea house pada kota-kota di Hong Kong ataupun daratan China.

Saya salah satu pelanggan tetap cik Lusi. Bakso goreng dan nasi begananya lumayan mengganjal perut yang habis diajak lari pagi. Cik Lusi datang pagi hari sebelum pantai ramai dan pulang setelah dagangannya habis. Menyambut Imlek ini Cik Lusi berpesan pada kita yang muda-muda. “Anak sekalang kalo kelja suka pilih-pilih. Jangan malu kalau kelja. Halus (harus) tekun..”. Ia bercerita bahwa kalau dagangannya belum habis, ia tidak malu untuk mengasong ke setiap pengunjung. Kalau ditolak, jangan cemberut. Itu prinsipnya. Kebiasaan ini sudah dilakukannya sejak kecil dulu. Ia memulai usaha dengan berjualan es mambo keliling bis kota. Harganya waktu itu hanya seringgit. Ketekunan dalam berdagang adalah semangat yang diajarkan Cik Lusi pada kita semua di pagi hari itu. Kini cik Lusi sudah memiliki usaha yang lumayan dan mampu menyekolahkan anaknya di sekolah swasta. Ia berdagang di Ancol hanya pada hari libur saja.

Imlek 2560 kali ini dibayangi oleh ancaman krisis global yang semakin dalam. Di tahun Kerbau Tanah ini, IMF dalam World Economic Outlook meramalkan krisis yang akan semakin dalam. Strauss Kahn, Managing Director IMF, dalam wawancara di BBC pekan lalu mengatakan bahwa gambaran ekonomi dunia makin suram dan menyedihkan. Pertumbuhan ekonomi negara maju memasuki resesi, atau tumbuh negatif antara 1 hingga 3 persen. Perlambatan ini juga terjadi di China, India, dan Brazil. Hal tersebut pada gilirannya akan memukul ekspor Indonesia dan berdampak pula pada melemahnya ekonomi RI.

Harapan terbesar untuk bertahan hidup di tahun 2009 dan imlek 2560 kali ini adalah pada sisi konsumsi. Di sinilah mengapa stimulus fiskal dan rangsangan lainnya di perekonomian menjadi penting. Daya beli masyarakat jangan sampai jatuh. Kita melihat bahwa turunnya BBM telah memberi sedikit rangsangan daya beli masyarakat. Turunnya suku bunga diharapkan semakin meningkatkan gairah perekonomian.

Sektor perdagangan diperkirakan masih dapat tumbuh sekitar 5,7% di tahun 2009. Secara khusus, subsektor ritel diharapkan dapat menahan perlambatan ekonomi lebih dalam. Produk subsektor ini adalah makanan dan minuman. Inilah sektor yang diperkirakan mampu bertahan di tengah krisis. Omzet makanan dan minuman mendominasi 50% dari sektor perdagangan, hotel, dan restoran.

Kalau kita bedah dan menukik lebih dalam lagi pada pelaku sektor perdagangan, kita akan menemukan cik Lusi dan banyak lagi pelaku dagang Tionghoa lainnya. Termasuk pula tentu pedagang kecil lainnya. Mereka inilah salah satu bantalan dalam menghadapi krisis. Perannya tak bisa dinihilkan. Perhatian pada mereka perlu menjadi kepedulian Pemerintah.

Kelebihan mereka, tangguh dan tahan terhadap krisis. Benar kata cik Lusi, “Kalau mau sukses, lu olang musti kerja kelas. Jangan pelnah malu…..”. Semoga kita tetap semangat.

Selamat Tahun Baru Imlek Cik. Gong Xi Fa Cai…..

Proyek Citizen Journalism dari pantai Carnival Ancol

2 comments:

Wijaya kusumah said...

Wah blog bapak isi bagus banget. Saya jadi termotivasi untuk meng-update terus blog saya di http://wijayalabs.blogspot.com

Junanto Herdiawan said...

Pak Guru, terima kasih pak. Semoga saling memberi manfaat. Blog bapak sungguh informatif dan memberi sumbangan bagi dunia pendidikan kita...